Analisis Semiotik Komunikasi makna pesan dalam
film 99 Cahaya Dilangit Eropa Part 1
1.1 Latar Belakang
Film adalah medium komunikasi massa
yang ampuh sekali. Bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan
pendidikan. Dalam ceramah – ceramah penerangan dan pendidikan, film kini banyak
digunakan sebagai alat pembantu untuk memberikan penjelasan (Effendy,2003:209).
Hal ini tentu saja terkait dengan sifat film. Dalam hal ini menikmati cerita
dari suatu film berlainan dengan dari buku. Cerita dari buku disajikan dengan
huruf – huruf yang berderet secara mati. Huruf – huruf itu merupakan tanda, dan
tanda – tanda ini akan mempunyai arti hanya dalam sadar. Sebaliknya film
memberikan tanggapan terhadap yang menjadi pelaku dalam cerita yang
dipertunjukkan itu dengan tingkah laku yang jelas, dan dapat mendengarkan suara
para pelaku beserta suara – suara lainnya yang bersangkutan dengan cerita yang
disajikan. Apa yang dilihat pada layar bioskop ataupun televisi seolah – olah
kejadian nyata yang terjadi dihadapan. Berbeda dengan membaca buku yang
memerlukan daya pikir yang aktif. Film tidaklah demikian,penontonlah yang pasif
kepadanya disajikan cerita yang sudah masak dan penonton hanya menikmatinya.
Film
merupakan salah satu alat komunikasi mssa. Tidak kita pungkiri antara film dan
masyarakat memiliki sejarah yang panjang dalam kajian para ahli komunikasi .
film sebgaia alat komunikasi massa yang kedua yang muncul di dunia mempunyai
massa pertumbuhannya pada akhir abad ke 19, dengan perkataan lain pada waktu
unsur – unsur yang merintangi perkembangan surat kabar yang dibikin lenyap. Ini
berarti bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi
alat komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur teknik, politik,
ekonomi,sosial dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada massa
pertumbuhannya dalam abad ke 18 dan permulaann abad ke 19. Film mencapai massa
puncaknya diantara perang dunia I dan perang dunia II, namun merosot tajam
setelah tahun 1945,seiring dengan munculnya medium televise.
Dalam
perkembangannya film tidak hanya dijadikan sebagai media hiburan semata, tetapi
juga digunakan sebagai alat propaganda, terutama menyangkut tujuan sosial atau
nasional. Berdasarkan pada pencapaiannya yang menggambarkan realitas. Pada
tahun 2013 film yang berjudul “99 Cahaya Dilangit Eropa” disutradari oleh Guntur
Soeharjanto memiliki tema Islami, film ini bersifat religious. Film yang novel
nya menjadi Best seller dengan judul
yang sama yaitu “99 Cahaya Dilangit Eropa” ditulis oleh Hanum Salsabiela Rais.
Ia merupakan putri dari Muhammad Amien Rais yang pernah menjabat sebagai Ketua
MPR RI pada tahun 1999-2004. Buku ini
merupakan buku islami yang menyajkan
nilai nilai ajaran agama Islam dengan gaya artistic yang sangat berbeda dengan
buku Islami yang selama ini telah banyak dihasilkan. Buku ini adalah catatan
perjalanan atas sebuah pencarian. Pencarian cahaya Islami di Eropa yang kini
sedang tertutup awan saling curiga dan kesalahpahaman. Dengan banyak nya
khalayak yang membaca buku ini, sang sutradara mencoba membuat film yang
dimainkan oleh Acha septriasa sebagai Hanum, Abimana Aryasatya sebagai Rangga,
Raline Shah sebagai Fatma, Dewi Sandra sebagai Marion, Alex Abbad sebagai khan,
Marisa Nasution sebagai Maarja, Geccha Qheagaventa sebagai Ayse, Nino Fernandes
sebagai Stefan dan Fatin Shidqia. Film “99 Cahaya Dilangit Eropa” mempunyai
pesan moral yang dapat dipetik oleh masyarakat, antara lain nilai – nilai
ajaran agama khususnya islam, hubungan sosial dan budaya dimana Islam menjadi
merupakan minoritas di Negara Eropa. Dengan berkembangnya dunia perfileman di
Indonesia film “99 Cahaya Dilangit Eropa” salah satu film yang sukses di
pasaran. Film ini berhasil masuk dalam 10 Film dengan penonton terbanyak pada
tahun 2013.
1.2 Perumusan Masalah
·
Bagaimana makna pesan yang terkandung
dalam film “99 Cahaya Dilangit Eropa”
1.3 Tujuan Penelitian
·
Untuk mengetahui makna pesan yang
terkandung dalam film “99 Cahaya Dilangit Eropa”.
·
Untuk mengetahui latar belakang
diciptakannya film “99 Cahaya Dilangit Eropa”.
·
Untuk mengetahui simbol – simbol yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dalam film “99 Cahaya Dilangit Eropa”.
1.4 Manfaat Penelitian
·
Secara
Akademis : Hasil penelitian diharapkan mampu
menambah khasanah keilmuan dalam bidang Ilmu Komunikasi yang terkait dengan
Ilmu Semiotika.
·
Secara
Praktis : Dapat
dipergunakan sebagai salah satu sumbangan pemikiran bagi para pembuat film,
agar dapat membuat film yang lebih kreatif,sarat makna dan sesuai dengan etika
dan budaya masyarakat Indonesia.
1.5 Kerangka Teori dan Pemikiran.
1.1.5 Teori Semiotika
Secara
etimologis,istilah semiotic berasala dari kata Yunani,semion yang berarti ‘tanda’. Asumsi yang paling mendasar dari
semiotic menyatakan bahwa sesuatu adalah tanda. Tanda itu sendiri didefenisikan
sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat
dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco dalam Sobur,2004:95). Secara
terminologis, semiotic dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari
sederetan luas objek – objek, peristiwa – peristiwa seluruh kebudayaan sebagai
tanda.
Semiotika adalah ilmu yang
mempelajari tentang tanda,berfungsi sebagai tanda, dan produksi makna. Tanda
adalah sesuatu yang bagi seorang berarti sesuatu bagi orang lain. Dalam
pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat
disebut tanda, misalnya adanya peristiwatidak adanya peristiwa, struktur yang
ditemukan dalam sesuatu,suatu kebiasaan,semua dapat disebut sebagai tanda
(Zoest,1993 dalam Piliang,2008;12). Semiotic pada awalnya di Indonesia hanya
diterima di lingkaran kecil akademis sastra namun belakangan ini telah merambah
kedalam relung disiplin lainnya. Ruang lingkup kajian semiotik yang begitu
luas.
Pokok perhatian semiotika adalah
tanda. Studi tentang tanda dan cara tanda – tanda itu bekerja dinamakan
semiotika atau semiologi. Semiotika mempunyai
3 bidang studi utama :
1.
Tanda itu sendiri. Hal ini berkaitan
dengan bermacam – macam tanda yang berbeda. Tanda adalah konstruksi manusia dan
hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.
2.
Kode atau system yang
mengorganisasikan tanda. Studi meliputi bagaimana bermacam – macam kode yang
berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah
kebudayaan.
3.
Kebudayaan tempat kode dan tanda
bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode – kode dan tanda –
tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri. (fiske, 1990;60)
2.1 Metode Penelitian
-
Penelitian
Kualitatif
Penelitian kualitatif didefenisikan sebagai suatu
proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai
kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia (Catherine Marshal, 1995).
Poerwandari (2007) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif menghasilkan dan
mengolah data yang sifat nya deskriptif seperti transkip wawancara , catatan
lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya. Defenisi ini
menunjukan beberapa kata kunci dalam penelitain kualitatif yaitu,
proses,pemahaman, kompleksitas, interaksi, dan manusia. Proses dalam melakukan
penelitian meru[akan penekanan dalam penelitain kualitatif oleh karena itu
dalam melaksanakan penelitian,peneliti lebih berfokus pada proses dari pada
hasil akhir.
Penelitian kualitatif sangat menekankan pentingnya
empati sebagai jalan untuk menggali emik atau
prespektif subjek yang diteliti dan pemahaman akan pentingnya konteks.
Penelitian kualitatif tidak boleh mengambil kesimpulan dari apa yang baru
didengar dan dilihatnya. Ia mesti bekerja keras ‘memasuki’ pengalaman subjek
individu dan atau komunitas yang sedang ditelitinya.
Denzin & Lincoln menguraikan penelitian
kualitatif merupakan focus perhatian dengan beragam metode yang mencakup
pendekatan interpretative dan naturalistic terhadap subjek kajiannya. Hal ini
berarti bahwa para peneliti kualitatif mempelajari benda – benda di dalam
konteks alaminya yang berupaya untuk memahami atau menafsirkan fenomena dilihat
dari sisi makna yang dilekatkan manusia (peneliti) kepadanya. Penelitian
kualitatif mencakup subjek yang dikaji dan kumpulan berbagai data empiris
–studi kasus, pengalaman pribadi, instriospeksi, perjalanan hidup,
wawncara,teks hasil pengamatan, historis, interaksional, dan visual yang
menggambarkan saat-saat dan makna
keseharian dan problematis dalam kehidupan seseoran. Sejalan dengan itu, para
peneliti kualitatif menerapkan aneka metode yang saling berkaitan, dengan
selalu berharap untuk mendapatkan hasil yang lebih baik mengenai subjek kajian
yang sedang dihadapi (putra 2013:61-62)
-
Penelitian Interpretatif
Metode
interpretative merupakan suatu upaya untuk mencari penjelasan tentang peristiwa
sosial atau budaya yang didasarkan pada prespektif dan pengalaman orang yang
diteliti. Secara umum pendekatan ini merupakan sebuah system sosial yang
memaknai perilaku secara detail dan terperinci. Metode interpretative melihat
sebuah fakta sebagai sesuatu yang menarik dalam memahami makna sosial. Menurut
para kontekstual yang bergantung pada pemaknaan sebagian orang di dalam sebuah
lingkup sosial.
Disiplin
ilmu yang paling banyak digunakan dalam penelitian interpretative adalah ilmu –
ilmu sosial, karena ilmu sosial inilah yang erat kaitannya dengan ilmu manusia
dan budaya. Menurut para ahli, peristiwa dalam sejarah merupakan sebuah teks
analog, ketika kita mempelajarinya kita dapat melihat sebuah simbol pemahamna
dari sebuah Bahasa, mitos , dan fenomena tertentu.
Perlu
diingat bahwa pendekatan interpretative menuntut rigorouness yang sama tingginya dengan pendekatan pisitivistik.
Hanya saja tuntutannya berbeda. Dalam positivistic titik tolak evaluasi atas
kualitas sebuah penelitian mesti sesuai dengan kenyataan.
2.2 Objek Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul
“Analisis Semiotik Komunikasi makna pesan dalam film 99 Cahaya Dilangit Eropa
Part 1” maka yang menjadi objek penelitiannya adalah film “99 Cahaya Dilangit
Eropa Part 1”.
2.3 Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian Terletak di Kota Yogyakarta.
2.4 Sumber Data
·
Rekaman Film : menonton film 99 Cahaya
Dilangit Eropa Part 1
·
Narasumber : narasumber yang digunakan
adalah orang – orang yang berkompeten atau memahami secara jelas dan
terstruktur tentang permasalahan yang sedang terjadi. Sumber data yang akan
diambil oleh peneliti adalah sumber yang berasal dari informasi. Dalam
pengertiannya informasi merupakan hasil proses data – data yang beragam yang
telah dibentuk oleh permintaan pengguna.
2.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti agar pembahasan didalam penelitian ini
mendapatkan hasil yang akurat dan terarah dari proses mencari data hingga
penyelesaian masalah., maka peneliti memerlukan data – data berupa observasi
dan dokumentasi.
·
Dokumentasi : digunakan sebagai
penguat data yang didapat melalui observasi. Dokumentasi ini didapat pada
dokumen – dokumen atau data. Data diperoleh dari berbagai media cetak dan media
elektronik yang berkaitan dengan objek penelitian artikel,film dalam bentuk
film yang Berjudul “99 Cahaya Dilangit Eropa Part 1”.
2.6 Validitas Data
Uji validitas data dari penelitian
ini menggunakan Sembilan formula yang juga dapat berfungsi sebagai teknik
analisis data, diantaranya yang digunakan penelitian ini adalah :
1.
Motivasi Komunikator : semiology
memuat tafsir tanda itu sendiri dalam hubungannya dengan maksud komunikator
membangun pesan yang dimaksud.
2.
Siapa Komunikator : semiology komunikasi dari tafsir tanda yang
dibangun oleh komunikator. Komunikator harus didefenisikan sebagai pihak sumber
yang secara langsung atau tidak langsung ingin menyampaikan pesan kepada
penerima yang dituju melalui saluran apa.
3.
Konteks fisik dan sosial : semiology
komunikasi menafsirkan tanda berdasarkan konteks sosial dan budaya berdasarkan
konteks fisik, konteks waktu dan tempat dimana tanda itu diletakkan. Berarti
pesan dikonstruksikan komunikator dengan mempertimbangkan normal dan nilai –
nilai sosial, serta dipertimbangkan tempat dimana pesan tersebut akan
disalurkan kepada public nya (penerima).
4.
Struktur Tanda dan Tanda Lain :
semiology komunikasi menafsirkan tanda tanda dengan cara melihat struktur tanda
tersebut dan menghubugkan tanda – tanda yang dimaksud dengan tanda – tanda lain
yang berkaitan erat dengannya.
5.
Fungsi Tanda, Sejarah, dan Mitologi :
semiology komunikasi memberi makna pada tanda dengan cara melihat fungsi tanda
tersebut dalam masyarakat. fungsi ini sangat berhubungan erat dengan maksud
sumber menyalurkan pesan.
6.
Intertekstualitas : Semiologi
komunikasi memperkuat tafsr dan argumentasinya dengan cara memperbandingkan
dengan fungsi tanda pada teks – teks lain.
7.
Intersubjektivitas : semiology
komunikasi memberi tafsir tanda – tanda dengan cara memperoleh dukungan dari
penafsir lain dalam tanda – tanda yang mempunyai hubungan yang relevan. Inilah
yang disebut intersubyektifitas, yaitu pandangan dari beberapa ahli yang
biasanya juga saling bertentangan.
8.
Common Sense : semiology komunikasi
memaknai tanda dengan cara mengambil alih makna secara umum yang berkembang
dimasyarakat (Common Sense)
9.
Penjelajah Ilmiah Peneliti : semiology
merupakan tafsir instuitif yang dilakukan oleh penafsir dengan mendasar pada
pengalaman intelektual, keyakinan subyektif dan pengambaran ilmiah terhadap
tanda – tanda yang bersangkutan (Purwasito, 2003:37-41).
DAFTAR
PUSTAKA
BUKU
-
Sobur, Alex
(2009), Semiotika Komunikasi , ROSDA
, Bandung
-
Hamidi, (2005), Metode Penelitian Kualitatif, UMM Press, Malang
-
Moleong, Lexy , (2011), Metode Penelitian Kualitatif, ROSDA,
Bandung
-
Fiske,Jhon (2011), Cultural and Communication,JALASUTRA,Bandung
ONLINE
-
http://lifestyle.pelitaonline.com/news/2014/01/06/99-cahaya-di-langit-eropa-pimpin-10-film-terlaris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar